Senin, 20 Maret 2017

Logika Peluang Surga

Bicara surga, bicara impian akhir umat manusia. Bicara neraka, maka bicara ketakutan terbesarnya. Ngomong-ngomong soal surga dan neraka, seseorang mengeluarkan pendapat (yang juga berasal dari Al-Qur’an) bahwa pada akhirnya mayoritas umat manusia akan masuk neraka dulu baru masuk surga. Sedikit sekali yang akan mendapatkan surga-Nya. Benarkah?

Memang pernyataan ini berasal dari Al-Qur’an. Bahwa golongan sedikitlah yang akan masuk surga langsung tanpa “dibersihkan” dulu di neraka. Dan memang dilihat dari kelakuan dunia ini sudah kelihatan kok. Banyakan mana antara yang mau masuk surga dan neraka.
Jadi peluang masuk surga kecil dong? Lha, ini pertanyaan yang sempat saya logikakan. Soal neraka yang katanya akan banyak dan penuh, berarti peluang masuk surga juga kecil. Berarti tuntunannya tidak berjalan dan seolah-olah manusia dipersempit jalan ke surga.

Maka pikiran unik saya pun muncul, coba kita lihat peluang masuk surga manusia berdasarkan hukum-hukum Allah SWT. Yang disana terdapat Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram. Anggap saja jika mendapat pahala nilainya plus 1, tidak apa-apa nilainya 0 dan kalau dosa nilainya minus 1. Maka secara logika, jadinya kan seperti ini.
HukumDikerjakanTidak Dikerjakan
Wajib+1-1
Sunnah+10
Mubah/Halal00
Makruh0+1
Haram-1+1
Seumpama nih, umpama aja dalam sehari saja ada orang muslim yang menjalankan 5 kegiatan dengan masing-masing ada hukum yang berbeda-beda. Sekali melakukan yang wajib, sekali melakukan sunnah, dan seterusnya. Maka nilainya saja sudah +1. Ataulah anggap saja ada orang tidak melakukan apa-apa pokok beriman saja lah nilainya juga sudah +1. Lha sekarang masih bilang peluang masuk surga kecil?
Tapi fungsi logika sederhana ini bukan terus sampeyan ongkang-ongkang di rumah tanpa ngapa-ngapain. Hal ini cuma mengatakan bahwa Allah SWT Maha Pemurah, Maha Pemberi, dan Maha Adil. Kuasa-Nya lah yang menciptakan surga dan neraka sebagai ganjaran perbuatan manusia di dunia. Toh pada akhirnya, kita masuk surga juga karena ridho-Nya bukan karena amal perbuatan kita.
(Evan S. Parsa - sudah diterbitkan dalam blog Fathanah)

1 komentar:

Media Sosial

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail